Gerontik

Posted by : Hari Suprayitno | Selasa, 16 November 2010 | Published in

GERONTIK

Ageing  process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif). Penyebab kematian karena penyait jantung, pembuluh darah dan tuberkulosa pada saat ini menduduki urutan pertama pada kelompok lanjut usia, selanjutnya kanker dan stroke (CVA). Oleh karena peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan lanjut usia perlu dikembangkan secara optimal. Sebagai seorang perawat professional dalam memberikan bantuan kepada lanjut usia melalui pendekatan proses keperawatan  perlu memperhatikan aspek pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Dalam hal ini memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan dan perlindungan untuk pertolongan lanjut usia  secara individu maupun kelompok seperti di rumah / lingkungan keluarga, panti Wreda maupun puskesmas yang diberikan oleh perawat.

A.     Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 yang dikutip oleh Wahjudi Nugroho, 2000). Proses menua merupakan proses yang terus menerus  secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong  lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (deskripansi). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lansia.

B.      Teori – teori proses menua
1.    Teori biologi.
a.    Teori genetic dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan  biokima yang diprogram oleh molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b.    Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dapat menimbulkan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c.    Auto immune theory
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tertentu sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d.    Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan  tubuh. Regenerasi jaringan tubuh tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel lelah terpakai.
e.    Teori radikal bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organic yang selanjutnya menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
f.     Teori rantai silang
Sel-sel yang tua reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen yang selanjutnya menyebabkan  kurang elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
g.    Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel setelah sel-sel tersebut mati.
2.    Teori kejiwaan sosial
a.    Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social dan mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar stabil dari usia pertengahan hingga usia tua.
b.    Kepribadian berlanjut
Merupakan gabungan teori di atas dimana perubahan yang terjadi pada seseroang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimilikinya.
c.    Teori pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda: kehilangan peran, hambatan kontak social, berkurangnya komitmen.

C.   Peran dan hubungan antar manusia bagi usia lanjut
1.    Peran dan Hubungan Antar Manusia Yang Normal
Peran dan hubungan menggambarkan tanggung jawab individu dalam keluarga, pekerjaan dan keadaan social. Secara alamiah peran itu sesuai dengan budaya namun ada perbedaan dari setiap individu. Orang cenderung memperlihatkan identitas dan menggambarkan kemampuan dalam berperan. Setiap orang mempunyai perannya masing-masing misalnya; sebagai seorang laki-laki, wanita, suami, istri, orang dewasa, remaja, orang tua, anak, saudara, pelajar, guru, dokter, perawat dan lain-lain. Peran dilakukan orang selama hidupnya dan ia sering berusaha sesuai dengan peran yang dimiliki. Peran memberikan nilai dan status social bagi seseorang. Setiap kelompok social mempelajari status, perilaku, symbol, dan hubungan yang dapat diterima oleh setiap peran. Perilaku, symbol dan pola hubungan setiap orang berbeda tergantung nilai dan norma social di mana individu itu berada.
2.    Peran, Hubungan dan Usia
Perubahan peran dan hubungan disesuaikan dengan perkembangan usia baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu meliputi pengunduran diri, merasa kehilangan misalnya perubahan posisi dalam rumah atau kehilangan orang penting lainnya seperti suami atau istri yang meninggal. Semuanya ini dapat menimbulkan potensial trauma bagi lanjut usia. Dalam kehidupan nyata banyak orang tua marah atau merasa tersinggung karena kekuatan social mereka diberhentikan (pensiun). Menurut American Society menggambarkan bahwa peran orang tua sudah tidak berdaya, lemah atau lekas marah dan tidak bermanfaat (sia – sia). Beberapa orang tua menerima peran ini  dan melakukan sebagai tindakan. Namun banyak orang yang tidak puas menerima stereotype ini dan secara kontinyu mengembangkan peran dan hubungan sampai usia 80 – 90 tahun.
3.    Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia
a.    Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).
b.    Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting lainnya
c.    Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain
d.    Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan apa cara mereka berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur keluarga?
e.    Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga
f.     Kaji hubungan klien dengan teman karib.
g.    Kaji hubungan kerja
h.    Kaji perasaan klein yang sudah pensiun
i.      Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan
4.    Proses Keperawatan
Ada beberapa masalah yang muncul antara lain :
a.    Disfungsi berkabung
b.    Perubahan proses keluarga
c.    Isolasi sosial
d.    Gangguan komunikasi verbal

Masalah : disfungsi berkabung
Tujuan :    
Mengatakan tentang keadilan, partisipasi dalam aktivitas, menggunakan support system yang ada
Intervensi :
-   Bina hubungan saling percaya sehingga klien berani mengungkapkan perasaan tentang perubahan atau kehilangan
-   Kaji  sumber-sumber dan pengetahuan tentang berkabung
-   Menganjurkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari – hari.

Masalah : perubahan proses keluarga
Tujuan :     
Mengekspresikan perasaaannya tentang perubahan dalam peran dan hubungan antar manusia, 
bekerja dengan anggota  keluarga atau orang lain untuk mengembangkan strategi koping dengan 
perubahan peran dan hubungan antar manusia.
Intervensi :
-   Kaji interaksi antara orang tua dan anggota keluarga : perawat harus mengetahui emosi destruksi  seperti marah, frustasi dan lainnya ; perawat harus menganjurkan waktu untuk beristirahat untuk mengurangi tekanan dan memberikan kesempatan agar merasa tenang ; bila terjadi perpisahan perawat perlu memperhatikan perasaan individu terhadap strategi koping
-   Anjurkan anggota keluarga untuk berkunjung secara teratur karena keluarga ada keluarga yang merasa tidak berguna atau tidak perlu untuk melayani, beberapa anggota keluarga merasa bahwa keberadaan mereka tidak diinginkan oleh pihak panti asuhan, klien sangat mengharapkan kehadiran anggota keluarga
-   Identifikasi factor yang mengganggu interaksi normal misalnya perubahan psikologi normal, kesakitan, tidakmampuan, efek medikasi, penurunan finansial dan kejadian lainnya

Masalah : Isolasi sosial
Tujuan : 
Meningkatkan partisipasi dan aktivitas sosial, mengidentifikasi sumber – sumber atau tindakan yang 
mengurangi aktivitas social.
Intervensi :
-   Kaji alasan isolasi sosial
-   Tingkatkan kontak sosial dan interaksinya
-   Siapkan waktu untuk berinteraksi dengan klien yang isolasi diri
-   Merujuk ke dan mau mendengarkan para pengasuhnya

Masalah : Gangguan komunikasi verbal
Tujuan: 
Mengkomunikasikan kebutuhan dengan sedikit frustrasi, menunjukan peningkatan kemampuan untuk
mengkomunikasikan kebutuhan dan perawatannya, mengungkapkan kepuasan dengan menerima
metode alternatif untuk komunikasi
Intervensi:
-   Kaji masalah komunikasi dan kemampuan
-   Identifikasi pendekatan khusus yang efektif untuk setiap lajut usia
-   Jelaskan komunikasi yang efektif
-   Ajarkan kepada klien yang tidak mampu bicara terutama metode untuk mengkomunikasikan kebutuhan

D.   Pemenuhan kebutuhan latihan dan aktivitas
1.    Pola aktivitas normal
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, dandan, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk perilaku yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu juga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut  perlu aktivitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh /fisik memerlukan interaksi yang kompleks antara system saraf dan muskuloskeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan peningkatan usia yaitu menurunnya aktivitas (kecepatan), masaa otot berkurang, menurunnya gerak persendian, agifity (kemampuan gerak cepat dan lancar menurun), dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus menurun), stamina menurun, koordinasi menurun. Selain itu ada beberapa penyakit yang mengganggu aktivitas misalnya syndroma otak organic, kerusakan neurologis, cedera muskuloskeletal, gout, kekurangan oksigen, malnutrisi, anemia dan gangguan emosional.

2.    Asuhan Keperawatan
a.    Gangguan mobilitas fisik
Data penunjang: 
Nyeri, gangguan kognitif, cemas dan depresi, bedrest, menggunakan alat bantu, ada penyakit
penyerta
Tujuan: 
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas fisik untuk mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas
sendi, mempertahankan posisi anatomi normal dalam fungsi sendi-sendi, mencegah kontraktur
sendi dan foot drop, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan mobilitas alat bantu.
Intervensi:
-   Identifikasi kemampuan aktivitas klien
-   Kaji kekuatan dan mobilitas sendi
-   Lakukan mobilitas fisik sesuai aktivitas sehari – hari
-   Bantu berikan sikap tubuh yang baik dan mengubah posisi sesuai dengan toleransi
-   Hindari kondisi yang mengganggu mobilitas
-   Bantu klien untuk mengatur jadwal aktivitas fisik sesuai toleransi
-   Jelaskan pentingnya pemanasan dan pendinginan sebelum latihan
-   Ajarkan cara yang benar untuk menggunakan alat bantu

b.    Intoleransi aktivitas
Data penunjang :
Duduk terus menerus, menurunnya harga diri independen, lemah, mobilisasi terbatas, masalah
oksigenasi
Tujuan : 
Klien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, klien dapat mengidentifikasi factor yang
menyebabkan aktivitas intolerans.
Intervensi:
-   Identifikasi faktor yang menyebabkan aktivitas intolerans
-   Identifikasi aktivitas yang dipandang perlu untuk usia lanjut
-   Anjurkan usia lanjut untuk melakukan aktivitas sehari – hari diselingi waktu istirahat
-   Observasi tanda vital, kaji respon fisiologis terhadap aktivitas klien.
-   Identifikasi keluarga atau teman dekat di panti untuk membantu usia lanjut.

c.    Kurangnya aktivitas pengalihan
Data penunjang:
Pembatasan mobilitas, aktivitas dibatasi, cemas, depresi, berkabung dan keuangan terbatas.
Tujuan:
Identifikasi aktivitas yang diminati, mengatakan tertarik dan ingin berpartisipasi dalam aktivitas
hiburan, dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diseleksinya sendiri dan menunjukkan perilaku
sosial selama aktivitas hiburan.
Intervensi:
-   Kaji hobi klien dan aktivitas yang disenangi sekarang
-   Libatkan individu dalam perencanaan dan seleksi hiburan
-   Fokuskan pada apa yang dapat dikerjakan oleh klien
-   Anjurkan untuk berinteraksi dengan klien lain yang mempunyai minat sama
-   Ubah lingkungan fisik untuk meningkatkan stimulasi dan interest
-   Anjurkan untuk meminta tolong pada orang terdekat untuk membaca atau berdiskusi
-   Tunjukan hasil kerja usia lanjut dan perkenalkan pada semua peserta untuk dapat meningkatkan kreasi baru

d.    Kurang mampu merawat diri : makan, mandi, berpakaian dan toileting
Data penunjang : 
Perubahan fungsi jantung dan paru, gangguan muskuloskeletal dan neuromuskuler karena tua,
ada nyeri, masalah persepsi – kognitif, cemas, depresi dan gangguan mobilitas.
Tujuan : 
Klien mampu melakukan perawatan diri tanpa keterbatasan, menggunakan alat bantu untuk self
care, meningkatkan harga diri klien karenaa mampu self care, mengidentifikasi sumber yang dapat
memberi bantuan.
Intervensi:
-  Kaji factor penyebab defisit, misalnya perubahan usia, proses penyakit, pengobatan dan perubahan persepsi kognitif
-   Libatkan usia lanjut dalam mengidentifikasi masalah dan rencana perawatan
-   Beri waktu yang cukup untuk aktivitasnya
-   Beri feed back positif untuk perubahan yang positif.
-   Kaji kemampuan para pengasuh panti asuhan
-  Informasikan kepada para pengasuh panti pentingnya membiarkan usia lanjut melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.




(0) Comments

Leave a Response