Mengasuh dan Membimbing Anak

Posted by : Hari Suprayitno | Minggu, 17 Oktober 2010 | Published in

MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

A. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK
Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah bertumbuh  anak dari segi jasmani. Perkembangan ialah berkembangnya kepribadian anak, dari seorang mahluk yang tadinya secara mutlak bergantung pada lingkungannya, menjadi seorang yang secara relatif mandiri dan berguna bagi lingkungannya.
Perkembangan anak merupakan proses. Artinya, perkembangan itu meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Agar perkembangan itu berjalan sebaik-baiknya, anak perlu diasuh dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan berkeluarga.

B. YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK
Dua faktor yang  perlu diperhatikan dalam mengasuh anak.
1. Faktor bawaan : sifat yang dibawa anak sejak lahir
Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat, atau melemahkan pengaruh faktor lingkungan. Setiap anak unik, artinya bahwa tidak ada satu anak pun yang persis sama. Sifat yang dibawa anak sejak lahir antara lain :
-    Pemarah,  penyabar, cerdas,  pendiam, banyak bicara, bodoh, dan lain-lain
-    Kedaan fisik yang berbeda : tinggi/pendek, hidung mancung/pesek, berkulit hitam/putih,  dan lain-lain
Dalam mengasuh dan membimbing anak, kita tidak boleh membandingkan perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya, tanpa memperhatikan sifat mereka masing-masing.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari anak, sehingga mempercepat perkembangan anak. Namun, faktor lingkungan juga dapat memperlambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak. Peran orangtua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak ke arah yang positif. Faktor lingkungan meliputi suasana lingkungan dalam keluarga dan hal lain yang berpengaruh dalam perkembangan anak, seperti sarana dan prasarana yang tersedia, misalnya alat bermain, lapangan bermain atau televisi.

C. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK

  • Hakikat mengasuh dan membimbing anak meliputi pemberian kasih sayang dan rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik. Oleh karena itu, diperlukan suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia.
  • Mengasuh dan membimbing anak ialah mendidik anak agar kepribadian anak dapat berkembang dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab
  • Mengasuh dan mebimbing anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak, baik aspek jasmani, intelektual, emosional dan keterampilan, serta aspek norma dan nilai.
  • Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik anak. Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan dasar-dasar pertama perkembangan anak.
  • Mengasuh dan membimbing anak selain merupakan tantangan dalam keluraga, juga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan.
  • Mengasuh dan membimbing anak membutuhkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kesabaran orangtua


PRINSIP DALAM MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK

1.  ANAK UMUR  0 – 1,5 TAHUN
aCiri dan tuntutan perkembangan

  • Memperoleh rasa aman dan rasa percaya dari lingkungan.
  • Merupakan dasar yang penting dalam hubungan anak dengan lingkungannya.
  • Rasa aman diperolehnya melalui sentuhan fisik yang menyenangkan dengan ibunya dan sesedikit mungkin mengalami hal-hal yang kurang mneyenangkan

b.  Sikap orangtua

  • Berilah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Jangan terlalu ketat dengan jadwal pemberian makanan, karena setiap bayi mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda.
  • Bila ibu terpaksa memberikan susu botol, perlakukanlah seperti bayi minum ASI, yaitu dengan cara memeluknya.
  • Penuh kasih sayang dalam merawat dan mengasuh akan menimbulkan perasaan aman serta percaya pada bayi.
  • Kesiapan ibu pada setiap saat dibutuhkan oleh bayi, juga menimbulkan rasa aman dan percaya pada bayi.
  • Ketika bayi rewel, carilah penyebabnya dan atasilah masalahnya. Tangisan tidak selalu berarti bayi lapar.
  • Angkat dan peluklah bayi anda serta gendonglah berkeliling rumah/halaman sambil menunjukkan benda-benda yang ada di sekitarnya.
  • Sering-seringlah berbicara kepada bayi anda setiap hari, pada saat memakaikan pakaian, memberinya makan, memandikan, atau ketika melakukan kesibukan rumah tangga lainnya. Bayi tidak pernah terlalu muda untuk diajak berbicara.
  • Ajaklah bayi anda bermain sambil tersenyum dan tirukanlah gerakan, mimik, dan kegiatannya. Bayi anda akan menirukan kegiatan anda pula.
  • Senandungkan dan ayunkanlah bayi anda pada saat menidurkan, sehingga ia akan tertidur dengan nyaman.
  • Perkenalkan dengan berbagai macam benda, bunyi-bunyian, dan warna. Hal ini akan mempercepat perkembangan bayi anda.
  • Segala hal yang dapat mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu dan anak pada tahap ini akan menyebabkan terganggunya pembentukan rasa aman dan percaya. Hal ini menyebabkan goyahnya tahap perkembangan berikutnya. Anak diliputi rasa tidak aman dan tidak percaya.
c.  Gagguan/penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini
      -   Kesulitan makan
      -   Mudah terangsang, marah, tersinggung (Irritabilitas)
      -   Menolak segala sesuatu yang baru
      -   Sikap dan tingkah laku yang seolah-olah ingin melekat pada ibu dan menolak lingkungan

Bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik, maka pada masa dewasa kemungkinan besar akan timbul kelainan jiwa yang bercorak ketergantungan yang kuat seperti :

  • Depresi (rasa murung, sedih, dan perasaan tertekan)
  • Adiksi obat (ketergantungan obat)
  • Skizofrenia (gangguan jiwa dengan kepribadian terpecah)
  
2. ANAK UMUR 1,5 – 3 TAHUN
a.  Ciri dan tuntutan perkembangan 
  • Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan keamuannya sendiri, sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang dapat dilakukannya
  • Anak dapat menuntut atau menolak apa yang ia kehendaki atau tidak ia kehendaki
  • Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu rasa kemampuan mengatur badannya dan lingkungannya sendiri. Hal ini menjadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri di kemudian hari
 b.  Sikap orangtua
  • Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal yang diperkirakan mampu ia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan rasa kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas untuk melindungi dari bahaya, karena dorongan anak berbuat belum diimbangi oleh kemmapuan untuk melaksanakannya secara wajar dan rasional
  • Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan demikian ia akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan. Namun jangan lupa bahwa dalam bermain atau berhubungan dengan orang lain, anak masih bersifat egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan memperlakukan orang lain sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri
  • Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang mudah dimengerti
  • Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan doronglah agar ia mau menceritakan kepada anda apa yang ia lihat atau dengar
  • Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat lainnya
  • Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain, membantu kegiatan rumah tangga yang ringan dan menanggalkan pakaiannya tanpa dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk bertanggung jawab.
  • Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan buang air besar pada tempatmnya, namun jangan terlalu ketat
  • Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan ajaklah ia makan bersama keluarga
  • Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak mau bermain balok-balok atau menggambar
  • Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun jangan terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuk dan tenangkanlah anak ketika ia kecewa dengan cara memeluknya dan mengajaknya berbicara.

Gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri akan berakibat bahwa anak dikuasai oleh rasa malu dan keragu-raguan serta pengekangan diri yang berlebihan. Sebaliknya, dapat juga terjadi sikap melawan dan memberontak.

c. Gangguan / penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini

  • Kesulitan makan, terutama bila ibu memaksa makan
  • Suka mengadat (ngambek/tempertantrum)
  • Tingkah laku kejam
  • Tingkah laku menentang dan keras kepala
  • Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai oleh sikap menyerang

3.  ANAK UMUR 3 – 6 TAHUN
a.  Ciri dan tuntutan perkembang
  • Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya berbagai macam, dan meniru kegiatan di sekitarnya.
  • Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukkan inisiatif untuk mengerjakan sesuatu, tapi ia tidak mementingkan hasilnya. Pengalaman dalam melakukan aktivitas ini amat penting artinya bagi anak.
  • Seringkali kita lihat bahwa anak cenderung berpindah-pindah dan meninggalkan tugas yang diberikan kepoadanya untuk melakukan yang lain. Hal ini dapat menimbulkan krisis baru karena hal itu bertentangan dengan lingkungan yang semakin menuntut, sehingga anak mengalami kekecewaan
  • Jika dalam tahap sebelumnya hanya tokoh ibu yang bermakna bagi anak, dalam tahap ini tokoh ayah mempunyai peran penting baginya. Disini terbentuk segitiga hubungan kasih sayang ayah-ibu-anak. Anak laki-laki merasa lebih sayang kepada ibunya, dan anak perempuan lebih sayang kepada ayahnya
  • Melalui peristiwa ini, anak dapat mengalami perasaan sayang, benci, irihati, persaingan, memiliki dan lain-lain. Begitu pula perasaan takut dan cemas.
  • Kedua orangtua harus bekerjasama untuk membantu anak melalui tahap ini. Peranan orangtua sebagai tokoh ayah dan tokoh ibu sangat penting
  •  Ayah dan ibu merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu jangan mau dimanipulasi oleh anak. Ayah dan ibu memberikan kasih sayang yang sama, baik terhadap anak perempuan ataupun anak laki-laki
  • Dengan terselesaikannya hubungan segitiga tersebut, maka anak wanita akan beridentifikasi dengan ibunya dan anak laki-laki dengan ayahnya (identitas seksual maupun identitas diri)
  • Bila ibu terlalu dominan (menonjol pengaruhnya) dalam rumah tangga, sedangkan ayah kurang tegas atau ayah tidak ada (absen) baik secara lahiriah maupun kejiwaan, maka akan terjadi identifikasi (proses meniru) yang salah. Anak laki-laki akan beridentifikasi dengan ibunya, sehingga ia lebih mengembangkan sikap kewanitaan dan sebaliknya
  • Anak mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin. Kadang-kadang, ia terpaku pada alat kelaminnya. Sering kita melihat anak laki-laki memegang alat kelaminnya sampai ereksi. Jangan dimarahi karena hal ini tetapi alihkanlah perhatiannya. Bila diatasi dengan baik, fase ini akan berakhir dengan baik pada usia 6 tahun.

 b. Sikap orangtua
  • Berilah kesempatan kepada anak untuk menyalurkan inisiatifnya, sehingga ia mendapat kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut
  • Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga, misalnya menyapu, berbelanja ke pasar, memasak, atau membetulkan mainan yang rusak
  • Jangan menakut-nakuti anak. Pada anak laki-laki akan berakibat cemas, karena pada tahap ini ia sangat takut akan kehilangan alat kelaminnya (kastrasi), sedangkan pada anak perempuan timbul rasa iri hati.
  • Dengar dan hargailah pendapat serta usul yang dikemukakan oleh anak
  • Jangan menuntut yang melebihi kemampuan anak
  • Ibu perlu lebih dekat kepada anak perempuannya. Sedangkan ayah perlu lebih akrab dengan anak laki-lakinya
  • Jawablah pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi atau menunda jawaban, misalnya bila anak bertanya bagaimana caranya adik keluar dari perut mama, jawablah bahwa keluarnya melalui jalan lahir, jangan katakan dibelah dari perut. Hal ini akan menakutkan bagi anak yang dapat berdampak negatif pada jiwanya
  • Sering-seringlah membacakan buku cerita atau dongeng. Kemudian diskusikanlah isi ceritanya dan tanyakanlah beberapa pertanyaan kepada anak
  • Berilah ia kesempatan untuk mengunjungi tetangga, teman, dan saudara tanpa ditemani.
  • Luangkan waktu setiap hari untuk berdialog dengan anak. Dengarkanlah ia dan tunjukkanlah bahwa anda mengerti pembicaraannya dengan mengulangi apa yang dikatakannya. Pada saat ini janganlah menggurui, mencaci dan menyepelekannya.
  • Ajarkanlah untuk membedakan yang salah dan yang benar, serta tata tertib dan sopan santun yang berlaku di masyarakat setempat
  • Peranan ayah menjadi penting disini. Oleh karena itu ajaklah anak bermain bersama. Disini, ayah perlu bersikap sebagai teman bagi anak

Gangguan dalam mencapai rasa inisiatif akan menyebabkan anak merasa bersalah, rasa takut berbuat sesuatu, takut mengemukakan sesuatu, serta serba salah dalam bergaul

c. Gangguan/ Penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini
     -   Kesulitan belajar
     -   Masalah sekolah
     -   Masalah pergaulan dengan teman
     -   Anak yang pasif dan takut serta kurang kemauan, kurang inisiatif


Semoga bermanfaat bagi kita semua.

SUMBER BACAAN

Markum A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1, Bagian IKA FKUI, Jakarta. 1991
Martono, L. Herlina, Mengasuh dan Membimbing Anak Dalam Keluarga, Edisi I, PT Pustaka Antara, Jakarta, 1996
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Cetakan I.EGC ;Jakarta, 1995
Whaley & Wong, Nursing Care of Infant’s and Children, Fifth Edition, Mosby Company, Missouri, 1995

(0) Comments

Leave a Response