Gerontik

Posted by : Hari Suprayitno | Selasa, 16 November 2010 | Published in

GERONTIK

Ageing  process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif). Penyebab kematian karena penyait jantung, pembuluh darah dan tuberkulosa pada saat ini menduduki urutan pertama pada kelompok lanjut usia, selanjutnya kanker dan stroke (CVA). Oleh karena peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan lanjut usia perlu dikembangkan secara optimal. Sebagai seorang perawat professional dalam memberikan bantuan kepada lanjut usia melalui pendekatan proses keperawatan  perlu memperhatikan aspek pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Dalam hal ini memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan dan perlindungan untuk pertolongan lanjut usia  secara individu maupun kelompok seperti di rumah / lingkungan keluarga, panti Wreda maupun puskesmas yang diberikan oleh perawat.

A.     Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 yang dikutip oleh Wahjudi Nugroho, 2000). Proses menua merupakan proses yang terus menerus  secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong  lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (deskripansi). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lansia.

B.      Teori – teori proses menua
1.    Teori biologi.
a.    Teori genetic dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan  biokima yang diprogram oleh molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b.    Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dapat menimbulkan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c.    Auto immune theory
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tertentu sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d.    Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan  tubuh. Regenerasi jaringan tubuh tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel lelah terpakai.
e.    Teori radikal bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organic yang selanjutnya menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
f.     Teori rantai silang
Sel-sel yang tua reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen yang selanjutnya menyebabkan  kurang elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
g.    Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel setelah sel-sel tersebut mati.
2.    Teori kejiwaan sosial
a.    Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social dan mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar stabil dari usia pertengahan hingga usia tua.
b.    Kepribadian berlanjut
Merupakan gabungan teori di atas dimana perubahan yang terjadi pada seseroang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimilikinya.
c.    Teori pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda: kehilangan peran, hambatan kontak social, berkurangnya komitmen.

C.   Peran dan hubungan antar manusia bagi usia lanjut
1.    Peran dan Hubungan Antar Manusia Yang Normal
Peran dan hubungan menggambarkan tanggung jawab individu dalam keluarga, pekerjaan dan keadaan social. Secara alamiah peran itu sesuai dengan budaya namun ada perbedaan dari setiap individu. Orang cenderung memperlihatkan identitas dan menggambarkan kemampuan dalam berperan. Setiap orang mempunyai perannya masing-masing misalnya; sebagai seorang laki-laki, wanita, suami, istri, orang dewasa, remaja, orang tua, anak, saudara, pelajar, guru, dokter, perawat dan lain-lain. Peran dilakukan orang selama hidupnya dan ia sering berusaha sesuai dengan peran yang dimiliki. Peran memberikan nilai dan status social bagi seseorang. Setiap kelompok social mempelajari status, perilaku, symbol, dan hubungan yang dapat diterima oleh setiap peran. Perilaku, symbol dan pola hubungan setiap orang berbeda tergantung nilai dan norma social di mana individu itu berada.
2.    Peran, Hubungan dan Usia
Perubahan peran dan hubungan disesuaikan dengan perkembangan usia baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu meliputi pengunduran diri, merasa kehilangan misalnya perubahan posisi dalam rumah atau kehilangan orang penting lainnya seperti suami atau istri yang meninggal. Semuanya ini dapat menimbulkan potensial trauma bagi lanjut usia. Dalam kehidupan nyata banyak orang tua marah atau merasa tersinggung karena kekuatan social mereka diberhentikan (pensiun). Menurut American Society menggambarkan bahwa peran orang tua sudah tidak berdaya, lemah atau lekas marah dan tidak bermanfaat (sia – sia). Beberapa orang tua menerima peran ini  dan melakukan sebagai tindakan. Namun banyak orang yang tidak puas menerima stereotype ini dan secara kontinyu mengembangkan peran dan hubungan sampai usia 80 – 90 tahun.
3.    Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia
a.    Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).
b.    Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting lainnya
c.    Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain
d.    Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan apa cara mereka berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur keluarga?
e.    Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga
f.     Kaji hubungan klien dengan teman karib.
g.    Kaji hubungan kerja
h.    Kaji perasaan klein yang sudah pensiun
i.      Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan
4.    Proses Keperawatan
Ada beberapa masalah yang muncul antara lain :
a.    Disfungsi berkabung
b.    Perubahan proses keluarga
c.    Isolasi sosial
d.    Gangguan komunikasi verbal

Masalah : disfungsi berkabung
Tujuan :    
Mengatakan tentang keadilan, partisipasi dalam aktivitas, menggunakan support system yang ada
Intervensi :
-   Bina hubungan saling percaya sehingga klien berani mengungkapkan perasaan tentang perubahan atau kehilangan
-   Kaji  sumber-sumber dan pengetahuan tentang berkabung
-   Menganjurkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari – hari.

Masalah : perubahan proses keluarga
Tujuan :     
Mengekspresikan perasaaannya tentang perubahan dalam peran dan hubungan antar manusia, 
bekerja dengan anggota  keluarga atau orang lain untuk mengembangkan strategi koping dengan 
perubahan peran dan hubungan antar manusia.
Intervensi :
-   Kaji interaksi antara orang tua dan anggota keluarga : perawat harus mengetahui emosi destruksi  seperti marah, frustasi dan lainnya ; perawat harus menganjurkan waktu untuk beristirahat untuk mengurangi tekanan dan memberikan kesempatan agar merasa tenang ; bila terjadi perpisahan perawat perlu memperhatikan perasaan individu terhadap strategi koping
-   Anjurkan anggota keluarga untuk berkunjung secara teratur karena keluarga ada keluarga yang merasa tidak berguna atau tidak perlu untuk melayani, beberapa anggota keluarga merasa bahwa keberadaan mereka tidak diinginkan oleh pihak panti asuhan, klien sangat mengharapkan kehadiran anggota keluarga
-   Identifikasi factor yang mengganggu interaksi normal misalnya perubahan psikologi normal, kesakitan, tidakmampuan, efek medikasi, penurunan finansial dan kejadian lainnya

Masalah : Isolasi sosial
Tujuan : 
Meningkatkan partisipasi dan aktivitas sosial, mengidentifikasi sumber – sumber atau tindakan yang 
mengurangi aktivitas social.
Intervensi :
-   Kaji alasan isolasi sosial
-   Tingkatkan kontak sosial dan interaksinya
-   Siapkan waktu untuk berinteraksi dengan klien yang isolasi diri
-   Merujuk ke dan mau mendengarkan para pengasuhnya

Masalah : Gangguan komunikasi verbal
Tujuan: 
Mengkomunikasikan kebutuhan dengan sedikit frustrasi, menunjukan peningkatan kemampuan untuk
mengkomunikasikan kebutuhan dan perawatannya, mengungkapkan kepuasan dengan menerima
metode alternatif untuk komunikasi
Intervensi:
-   Kaji masalah komunikasi dan kemampuan
-   Identifikasi pendekatan khusus yang efektif untuk setiap lajut usia
-   Jelaskan komunikasi yang efektif
-   Ajarkan kepada klien yang tidak mampu bicara terutama metode untuk mengkomunikasikan kebutuhan

D.   Pemenuhan kebutuhan latihan dan aktivitas
1.    Pola aktivitas normal
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, dandan, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk perilaku yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu juga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut  perlu aktivitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh /fisik memerlukan interaksi yang kompleks antara system saraf dan muskuloskeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan peningkatan usia yaitu menurunnya aktivitas (kecepatan), masaa otot berkurang, menurunnya gerak persendian, agifity (kemampuan gerak cepat dan lancar menurun), dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus menurun), stamina menurun, koordinasi menurun. Selain itu ada beberapa penyakit yang mengganggu aktivitas misalnya syndroma otak organic, kerusakan neurologis, cedera muskuloskeletal, gout, kekurangan oksigen, malnutrisi, anemia dan gangguan emosional.

2.    Asuhan Keperawatan
a.    Gangguan mobilitas fisik
Data penunjang: 
Nyeri, gangguan kognitif, cemas dan depresi, bedrest, menggunakan alat bantu, ada penyakit
penyerta
Tujuan: 
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas fisik untuk mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas
sendi, mempertahankan posisi anatomi normal dalam fungsi sendi-sendi, mencegah kontraktur
sendi dan foot drop, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan mobilitas alat bantu.
Intervensi:
-   Identifikasi kemampuan aktivitas klien
-   Kaji kekuatan dan mobilitas sendi
-   Lakukan mobilitas fisik sesuai aktivitas sehari – hari
-   Bantu berikan sikap tubuh yang baik dan mengubah posisi sesuai dengan toleransi
-   Hindari kondisi yang mengganggu mobilitas
-   Bantu klien untuk mengatur jadwal aktivitas fisik sesuai toleransi
-   Jelaskan pentingnya pemanasan dan pendinginan sebelum latihan
-   Ajarkan cara yang benar untuk menggunakan alat bantu

b.    Intoleransi aktivitas
Data penunjang :
Duduk terus menerus, menurunnya harga diri independen, lemah, mobilisasi terbatas, masalah
oksigenasi
Tujuan : 
Klien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, klien dapat mengidentifikasi factor yang
menyebabkan aktivitas intolerans.
Intervensi:
-   Identifikasi faktor yang menyebabkan aktivitas intolerans
-   Identifikasi aktivitas yang dipandang perlu untuk usia lanjut
-   Anjurkan usia lanjut untuk melakukan aktivitas sehari – hari diselingi waktu istirahat
-   Observasi tanda vital, kaji respon fisiologis terhadap aktivitas klien.
-   Identifikasi keluarga atau teman dekat di panti untuk membantu usia lanjut.

c.    Kurangnya aktivitas pengalihan
Data penunjang:
Pembatasan mobilitas, aktivitas dibatasi, cemas, depresi, berkabung dan keuangan terbatas.
Tujuan:
Identifikasi aktivitas yang diminati, mengatakan tertarik dan ingin berpartisipasi dalam aktivitas
hiburan, dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diseleksinya sendiri dan menunjukkan perilaku
sosial selama aktivitas hiburan.
Intervensi:
-   Kaji hobi klien dan aktivitas yang disenangi sekarang
-   Libatkan individu dalam perencanaan dan seleksi hiburan
-   Fokuskan pada apa yang dapat dikerjakan oleh klien
-   Anjurkan untuk berinteraksi dengan klien lain yang mempunyai minat sama
-   Ubah lingkungan fisik untuk meningkatkan stimulasi dan interest
-   Anjurkan untuk meminta tolong pada orang terdekat untuk membaca atau berdiskusi
-   Tunjukan hasil kerja usia lanjut dan perkenalkan pada semua peserta untuk dapat meningkatkan kreasi baru

d.    Kurang mampu merawat diri : makan, mandi, berpakaian dan toileting
Data penunjang : 
Perubahan fungsi jantung dan paru, gangguan muskuloskeletal dan neuromuskuler karena tua,
ada nyeri, masalah persepsi – kognitif, cemas, depresi dan gangguan mobilitas.
Tujuan : 
Klien mampu melakukan perawatan diri tanpa keterbatasan, menggunakan alat bantu untuk self
care, meningkatkan harga diri klien karenaa mampu self care, mengidentifikasi sumber yang dapat
memberi bantuan.
Intervensi:
-  Kaji factor penyebab defisit, misalnya perubahan usia, proses penyakit, pengobatan dan perubahan persepsi kognitif
-   Libatkan usia lanjut dalam mengidentifikasi masalah dan rencana perawatan
-   Beri waktu yang cukup untuk aktivitasnya
-   Beri feed back positif untuk perubahan yang positif.
-   Kaji kemampuan para pengasuh panti asuhan
-  Informasikan kepada para pengasuh panti pentingnya membiarkan usia lanjut melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.




THYPUS ABDOMINALIS

Posted by : Hari Suprayitno | | Published in


THYPUS ABDOMINALIS

A.  DEFINISI Penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2000)

B.  ETIOLOGI : Penyebab dari Thypus Abdominalis itu adalah kuman “Salmonella Thyposa”.

C.  PATOFISIOLOGI : Penularan penyakit demam Thypoid disebabkan secara fecal dan oral dan banyak terdapat di masyarakat yang kurang baik dalam membersihkan lingkungan, sehingga terjadi pencemaran

 D.  GEJALA KLINIS

1. Bibir kering, pecah-pecah
2. Lidah kotor, berselaput putih dan tepi hiperemi (lidah tifoid)
3. Perut agak kembung dan nyeri tekan.
4. Limfa membesar dan nyeri tekan.
5. Kesadaran apatis
6. Bradikardi relatif
7. Suhu badan meningkat

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap (leukosit, eritrosit, trombosit, Hb)
2. Leukopenia dengan limfosit relatif
3. Uji widal titer antibodi 0 = 1/200

F.  PENATALAKSANAAN

Terdiri dari tiga bagian :
1.  Perawatan
- Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
-  Posisi tubuh harus diubah-ubah (± 2 jam selang-seling)
-  Mobilisasi sesuai kondisi.
2. Diet.
Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air lunak, makanan biasa)
Mengandung cukup cairan, TKTP.
-  Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat (rendah selulosa) tidak merangsang dan mennimbulkan gas.
Susu dua klai setiap hari
3. Obat.
Anti mikroba
a. Kloromphenikol (hari bebas panas)
b. Ampicillin atau amoxillin MG (hasil bebas panas)
c. Cotrimoxazole (kobinasi trimetropin dan sulfa metoxazole)
- Obat-obat symtomatik
a. Antipiretik
b. Kortikosteroid
c. Suportif
d. Penenang
- Operasi dilakukan bila terjadi perforasi

G. KOMPLIKASI

1.    Usus halus
a.    Perdarahan usus
b.    Perforasi usus
c.    Peritonitis
2.    Diluar usus
a.    Kardiovaskuletr : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan atau sepsis) miokardiotis, trombosis, tropmboplebitis
b.    Paru : pneumonia, empiema, pleuritis
c.    Darah : anemia hemoplitik, trombositopenia, sindrom uremia, hemolitik
d.    Hepar : hepatitis
e.    Ginjal : glumorulanefritis, pyelonefritis, dan perirephritis
f.       Tulang : osteomilitis, periostitis, spondilitis, arthritis
g.    Neuropsikiatrik : dellirium, miningismus, meningitis, polineuritis perifer, syndroma gullin gaire, psikosis dan syndroma katatenia.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN  
PADA PASIEN THYPUS ABDOMINALIS
A.     PENGKAJIAN
I.  PENGUMPULAN DATA
1.    IDENTITAS
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MRS.
2.  KELUHAN UTAMA
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
3.    RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
4.    RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
5.    RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.
6.    RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
7.    POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN
1)   Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
     Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2)   Pola nutrisi dan metabolisme
     Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
3)   Pola aktifitas dan latihan
     Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
4)   Pola tidur dan aktifitas
     Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
5)   Pola eliminasi
     Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
6)   Pola reproduksi dan sexual
     Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
7)   Pola persepsi dan pengetahuan
     Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
8)   Pola persepsi dan konsep diri
     Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
9)   Pola penanggulangan stress
     Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
10)    Pola hubungan interpersonil
     Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
11)    Pola tata nilai dan kepercayaan
     Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
8.    PEMERIKSAAN FISIK
1)   Keadaan umum
Biasanya pada pasien  typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2)   Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3)   Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4)   Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
5)   Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6)   Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
7)   Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien  bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8)   Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
9)   Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
10)    Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
B.  ANALISA DATA
1.
Ds   =   Pasien mengatakan badannya demam, panas
Do   =   Suhu meningkat, bibir kering, lidah kotor dan tepi lidah dan tengah hiperomi
Masalah keperawatan         : Peningkatan suhu tubuh
Kemungkinan penyebab     : Invasi kuman salmonella thyptii
2.
Ds   =   Pasien mengatakan tidak selera untuk makan (anorixia)
Do   =   perut kembung, mual, muntah.
Masalah keperawatan         : Peningkatan suhu
Kemungkinan penyebab     : Penurunan nafsu makan.
C.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman salmonella thypii b/d suhu lebih dari normal, mukosa bibir kering, lidah kotor, tepi dan tengah lidah hiperemi.
2.    Perubahan nutirsi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan anorexia d/d mual, muntah dan perut kembung.
3.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit d/d paien ketakutan dan gelisah.
4.    Resiko terjadinya kekurangan vol cairan berhubungan dengan intake yang kurang dari kebutuhan.
5.    Potensial terjadinya penularan berhubungan dengan sifat kuman salmonella.

Diagnosa Keperawatan  : 1
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman salmonella thypii d/b suhu lebih dari normal, nukosa bibir kering, lidah kotor tepi dabn tengah lidah hiperemi.
Tujuan   : suhu tubuh dapat kembali normal (36 oC –37oC)
Kriteria Hasil
- Suhu tubuh normal (36oC-37oC)
- Nadi normal (70-75 x/menit)
- RR normal (15-20 x/menit)
- Akral hangat
- Mukosa bibir lembab

Rencana Tindakan Keperawatan
1.  Jelaskan pada pasien sebab akibat terjadinya panas.
R/ keluarga dapat mengerti dan kooperatif dalam tindakan.
2.    Beri kompres dingin/panas
R/ pemindahan panas secara konduksi
3.    berikan pakaian tipis dan menyerap keringat
R/ pemindahan panas secara evaporasi
4.    ventilasi ruangan tetap stabil
R/ pemindahan panas asecara radiasi
5.    anjurkan pasien untuk minum air banyak
R/ untuk mengganti cairan yang hilang
6.    lakuklan obeservasi TTV
R/ monitor keadaan pasien dalam pemberian terapi
7.    lakukan kolab dengan dokter dalam pmberian terapi
-   cairan perinfus
-   antipiretik dan antibiotik
R/ fungsi interdependent

Diagnosa Keperawatan : 2
Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan anorixia d/d mual, muntah dan perut kembung.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :       
-    adanya selera makan
-       tidak terjadi mual dan muntah
-       klien dapat mempertahankan BB nya
-       pasien dapat menghabiskan makanan setiap waktu makan

Rencana Tindakan Keperawatan
1.  beri penjelasan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi pasien
R/ keluarga dan pasien mengerti dan kooperatif
2.    sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana menyenangkan
R/ meningkatjkan selera makan
3.    berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ makanan dalam porsi besar lebih sulit di konsumsi pasien saat anorexia.
4.    lakukan perawatan mulut sesudah dan sebelum makan
R/ mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan
5.    monitor intake dan out put
R/ mengetahui jumlah nutrisi yang masuk
6.    timbanmg BB tiap hari
R/ memonitor hasil asuhan yang dioberikan
7.    kolaborasoi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parental dan roboransia
R/ dibutuhkan bila intake per oral tidka mencukupi efek farmakologis regorantia untuk meningkatkan nafsu makan.
8.    kolaborasi dengan ahli tim gizi
R/ memberikan bantuan untuk menetapkan diet